12/12/2006

Untuk Sebuah Kata Bernama Cinta....

"Kau tlah tak perduli kepadaku!!!" cetus laki-laki berbaju merah itu dengan nada membentak.
"Bagaimana bisa, Aku memikirkanmu disetiap hariku bahkan pernah dalam mimpiku..." Jawab perempuan itu tak kalah cetusnya.

Dan tanpa diawali kata-kata laki-laki itu pergi meninggalkannya. Melangkah pergi melalui lorong sempit di samping kedai kopi. Terlihat airmata meleleh menetes membasahi pipi perempuan itu. Memang tak terdengar isak tangisnya. Bukan karena tegar tapi mungkin tlah habis suaranya. Atau tak kuasa menahannya lagi. Terkadang kita, memang harus mengeluarkan apa yang harus dimuntahkan bukan diendapkan lalu mengunung dan meledak tanpa batasan.
Lalu diambilnya tas kecil berwarna merah di kursi kecil itu. Tanpa banyak gerakan dia berlalu, pergi, perih dalam hati.

"Mbak...!! sebentar!?" Panggil laki-laki Berkemeja hijau muda mengejutkannya.
"Ya... ada apa mas?" jawabnya sambil menyeka airmata yang menempel dipipinya.
"Anu Mbak....Bonnya belum dibayar" kata lelaki itu.
"Oh maaf.., berapa mas semuanya?" katanya sambil mengelurkan dompet merah muda dari tas kecilnya.
"Ehmmm.....Jadi semuanya 21600, Mbak? Jawab pelayang tersebut sambil memberikan sepucuk kertas tagihan.
Lalu dikeluarkanya selembar uang dua puluh ribuan dan selembar lima ribuan lalu dia berkata "Mas kembaliannya diambil saja !"

Kemudian dia berlalu pergi. Meninggalkan kedai kopi disimpang jalan dekat taman itu.

Pagi itu masih seperti biasa, diiringi kicau burung disambut oleh hangat sinar mentari pagi. Nyaman terasa walau jika teringat peristiwa semalam tak habis aku menyumpahinya. Bukan karena dia yang meninggalkan aku semalam tanpa alasan yang jelas tetapi ini untuk kesekian kalinya dia mempertanyakan rasa cintaku padanya. Cinta, kembali lagi aku harus mempertanyakannya...Sebenarnya, apakah cinta itu hanya berupa kepatuhan kepada pasangan sehingga tak ada ruang untuk melangarnya atau sekedar mempertanyakannya?. Memang aku akui cemburu itu layaknya bunga dalam taman dalam bercinta Bahkan terkadang aku juga merinduinya ketika dia tak memperdulikan sikap dan tindakanku tetapi haruskah diri ini terbutakan oleh rasa itu sehingga logika dan pikiran kita terlenakan olehnya?.

Mencintai seseorang itu penuh dengan resiko. Seperti layaknya kita memegang bara. Bukan aku berusaha mengugat cinta, aku tahu itu adalah unsur murni yang melekat pada diri setiap manusia, tetapi haruskah hal itu menjadi sesuatu yang lebih diskruktif kala mulai diselipi oleh kepentingan-kepentingan yang kita bawa.

Pernah ada yang ku dengar pandangan bahwa cinta itu hanya seongok kepentingan yang terbungkus oleh kata-kata manis penuh romantika. Bayangkan bagaimana seseorang mengatakan itu cinta ketika dia membatasi pasangannya untuk berkarya dan mengukuhkan eksistensinya? Atau berusaha mengendalikan, mengontrol bahkan menyakiti pasangan kita atas nama cinta. Mungkin kita pernah mendengar aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Maka hal itu semacam legalisasi tindakan apapun yang dilakukan oleh pasangan kita. Dan ku pertanyakan sekali lagi, seperti itukah cinta ? Itukah kasih dan sayang ?.

Memang ada yang mengatakan bahwa cinta memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Sebuah daya yang dapat memberikan rangsangan luar biasa dalam kehidupan. Daya yang membuat seseorang dapat melupakan karakternya, atau melakukan hal-hal yang aneh (jika orang lain yang melihat). Tetapi patut disadari cinta memang penuh misteri....

Dan masih aku terbaring di tempat tidur. Kemudian ku layangkan pandangan kearah jendela di sebelah kiriku. Terasa penat ini masih membeban dalam batinku. Masih terus ku coba mencari apa salah-ku dalam menilai sebuah kata yang bernama CINTA............*****

0 Comments:

Post a Comment

<< Home