8/22/2006

Biru Part 2

Bunda merupakan mungkin satu-satunya orang yang mengerti akan diriku dan membuatku kagum padanya. Betapa tidak selama lebih dari 20 tahun dia membesarkan diriku seorang diri. Bekerja sebagai seorang penjahit pakaian. Dia adalah perempuan yang kuat tanpa harus meneriakkan slogan-slogan apapun, ini sangatlah berbeda dengan perempuan lain yang sekarang gembar-gembor masalah gender. Bunda dapat dikatakan bahwa dia telah mejalani hidupnya dengan menjalankan konsep itu walau dia tak sadar akan itu. Perawakanya yang tegas tercermin dari kata-katanya yang terkadang terlalu kasar bagi orang lain. Ya... itulah ibuku orang yang telah melahirkan dan membesarkan aku.

Oh ya satu lagi yang membuatku bangga dia tak takut dengan sebutan dan steorotip janda. Karena baginya dalam hidup kita terkadang kita perlu tidak memdengarkan apa kata orang. Jalani saja apa yang ada kemudian nikmati itu dengan hati begitu wejangan yang pernah diberikan padaku.
Dan satu lagi jangan pernah menanyakan dimana ayahku. He....Hehe..Haa...Haa Hal itu dapat membuatnya tersinggung atau bahkan marah. Aku tak tahu mengapa tapi satu yang jelas, ayahku meninggalkan ibuku saat kandungan ibu berusia 7 bulan, saat dimana dia butuh dampingan dan penyemangat, begitu nenekku bercerita. Jadi jangan pernah bertanya tentang ayah.

Tik...Tikkk,....bunyi jam kuno dipojok ruang tamu menyadarkanku. aku harus segera menyelesaikan tugasku. Ya memang hidup mungkin merupakan usaha penyesaian tugas yang telah diberikan kepada kita.

Lalu kupunguti sampah hasil pekerjaanku semalam yang berserakan diruang tamu. kertas-kertas putih penuh coretan-coretan, pensil, ada pula tumpahan kopi tergeletak tak beraturan dimeja dan karpet bermotif bunga kesukaan bunda. Ahhhh... Akhirnya selesai sudah pekerjaan ini.

"Nawuuuuuuu....." panggil ibuku dengan sedikit bentakan.
"yaa..." kataku yang diringgi larian kearah bunda.
"ada apa, bunda?" kataku sambil mendekat kerahnya.
"ayo makan, bunda sudah siapkan masakan kesukaanmu, sayur asem plus tempe" jawabnya menjelaskan.
"Mhhhhh.... ini kelihatannya enak" jawabku sambil menunjuk kearah sayur asem yang masih panas.
"tapi bunda, kayaknya ada sesuatu yang kurang dalam jamuan ini" gurauku.
" apa??!!" tanyanya dengan penuh selidik.
"sambal pedas" jawabku
"itu tak terlihatkah olehmu nawu" jawabnya sambi menunjuk kearah pojok meja.
"ohh...." jawabku dengan gaya tak bersalah.

Langsung kuambil piring di meja makan dan sesegera mungkin ku ambil nasi.
"Ehhh.. kau sudah mandi nawu?" tanya bunda.
"Belum" jawabku singkat
"mandi dulu, nawu"perintah bunda
"enggak ahh, tak ada bedanya antara makan sebelum dan sesudah mandi" jawab sambil keteruskan mengambil makanan yang telah tersedia.
"ahh kau ini" jawabnya singkat kemudian dia berlalu.
"bunda, mau kemana?" tanyaku sambil kulahap makanan yang ada.
"bunda mandi dulu!, ngak seperti kau bangun tidu lansung makan" jawabnya penuh senyum.

Tak ku sangka jam kuno diruang tamu telah menunjukan pukul 10 pagi, dan aku harus sesegera mungkin menyelesaikan makanku kemudian langsung pergi ke kampus. hari ini akan dimulai pengarapan edisi pertama majalah kampus yang telah kurintis selama 2 semester bersama kawan-kawanku seangkatan.

"CES" itulah nama majalah itu. Aku tak tahu pasti mengapa nama itu dipilih, tapi satu yang jelas nama itu merupakan singkatan dari Cognito Ergo Sum. Sebuah nama yang diambil dari kata-kata descartes yang bermakna "berfikirlah maka kamu ada". dengan adanya majalah ini hidup baru telah dimulai.


Bersambung.....................................................................................................................................................
......................................................(bersabar menunggu).........................

0 Comments:

Post a Comment

<< Home