12/23/2006

Pacaran itu Indah?


"...............dia harus tahu kemanapun saya pergi dan dengan siapa. Bahkan pernah suatu ketika ia sedang berada di luar kota, namun saya tidak berani pergi ke manapun........"
Pengakuan Saudara R, di suatu tempat

Patut disadari bahwa dalam membina sebuah hubungan dengan orang lain, ego kita selalu ingin mendapat tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Secara tidak sadar kita dalam sebuah komunitas ataupun dalam berhubungan dengan orang lain menginginkan sebuah pengakuan bahwa diri kita ini ada. Proses ini dapat dilihat sebagai bagian dari sebuah ajang penunjukan eksistensi diri. Bahkan dalam beberapa kasus, seseorang akan meninggalkan komunitas atau hubungan yang telah dia bina hanya karena dia merasa dia tidak diakui oleh orang lain.

Dalam hal berhubungan dengan pasangan (atau dalam istilah kekinian disebut sebagai pacaran) hal yang tersebut diatas sangat dimungkinkan saja terjadi. Stephen W. Littlejohn menjelaskan bahwa relationship is a set of expectations two people have their behaviour based on pattern of interaction between them. Dari sini, kita mengetahui bahwa dalam hubungan antara dua orang tersebut terdapat hal yang mendasar yaitu interksi yang telah terumuskan. Dan tak dipungkiri juga bahwa dalam pacaran terjadi proses saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Sehingga tak salah jika dikatakan pacaran merupakan sebuah perang eksistensi (semacam perang barathayuda) diantara laki-laki dan perempuan.

Permasalah perang eksistensi, patut dimengerti bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan sebuah pengakuan dari orang lain. Sebagai salah contoh kita membutuhkan atau menginginkan seseorang pacar, salah satu sebabnya karena kita menginginkan diri kita untuk diakui keberadaan kita. Disini ada semacam prestise tertentu yang membawa bahwa kita merasa lebih dibandingkan dengan orang yang belum memiliki pasangan.

Perang eksistensi yang terjadi tersebut, apabila tak terbangun dengan baik akan menimbulkan ekses yang negatif yaitu berupa konflik. Dan hal ini merupakan awal mula terjadinya kekerasan dalam pacaran. Definisi secara umum kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang terjadi atau dialami oleh seseorang ketika menjalani hubungan personal dengan orang lain. Jenis-jenis kekerasan tersebut dapat berupa :
1. Fisik, Seperti tamparan,
2. Emosional, Seperti kontrol yang ketat terhadap pasangannya,
3. Seksual, Seperti sering dipaksa mencium pasangannya, dan,
4. Ekonomi Seperti sering pinjam uang.

Data mengenai Kekerasan dalam pacaran seperti yang dilaporkan oleh Rifka Annisa, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi dan jender menemukan bahwa sejak tahun 1994 - 2001, dari 385 kasus dari 1683 kasus kekerasan yang ditangani. Data tersebut merupakan sebuah fenomena gunung es, karena sebenarnya kekerasan yang tidak terungkap jauh lebih banyak.

Mengapa para korban tidak berusaha melaporkan kekerasan yang ia alami?. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, adanya ancaman dari pelaku, adanya pemaafan dari korban, dan lain sebagainya. Padahal patut di sadari, ketika seseorang telah melakukan kekerasan maka dia akan melakukannya walau dia telah berjanji untuk tidak melakukan. Kekerasan merupakan sebuah siklus, bahwa sikap menyesal ataupun permintaan maaf hanya sebuah tahap "reda" karena setelah tahap ini sangat dimungkinkan kekerasan akan terjadi kembali.

Finally, sebenarnya seberapa pun besar cinta kita kepada sesorang bukan berarti kita harus menerima apapun yang telah dia lakukan kepada kita (khususnya kekerasan). Oleh karena itu ada baiknya ketika kita mengalami kekerasan yang tersebut diatas, kita harus bertindak dengan melaporkan kebalai konseling remaja sebagai salah satu contohnya. Sehingga kita mencegah terjadinya kekerasan itu kembali lagi. So, stand up, talk and action..................*****

0 Comments:

Post a Comment

<< Home