11/07/2006

Aku

Aku adalah koma
Sebuah dunia yang tersusun oleh rangkaian kata penuh makna

Aku adalah pena
Sebuah benda yang tak akan habis berkarya

Aku adalah buku
Sesuatu yang tak akan sirna terbaca

Aku adalah ombak
Buihnya yang memutih hancurkan terjal karang

Aku adalah merpati
Disetiap kepak sayapnya membawa damai

Aku adalah waktu
Berdetak pasti menuju

Dan aku adalah tanah
Yang tersusun diantara rentak dan renta
Untuk itu aku berada....

Ketika

Ketika semua datang tanpa arti
Kau datang memberi
Kala mulut terkunci
Dan kata musnah
Hanya keheningan yang tercipta
Engakau bernyanyi
Melalui sumbang nada dan rima
Kita membeku

Ijinkan Aku

Ijinkan aku bertahta
Demi sebuah alasan
Bukan kepasrahan atau pengisi kesepian
Tapi sebuah penantian

Ijinkan aku menyempuranakan jiwa
Demi sebuah pilihan
Bukan hanya sebuah Penyerahan atau pemujaan
Namun inilah keniscayaan

Aku dan nafasku memburu
Dalam lebur diri terbaca
Diri hadir untuk mencinta

Sajak Sendu Di Tengah Padang

Tulislah di pasir
Biar hilang kala anging berhembus
Kabarkan pada laut
Agar ombak memecahkannya
Atau ceritakan pada camar
Tuk dibawa terbang bersamanya

Kita memang bukan mentari
Yang menghangatkan kala pagi
Bukan pula hujan
Yang menyejukkan ketika ia datang
Atau karang
Yang selalu tegar menantang

Kita adalah ilalang ditengah padang
Kita memang anjing berbulu keegoisan
Dan tanah berlapis kefanaan

Namun setiap jiwa harus tersiram
Bukan oleh darah ataupun airmata
Tidak juga dengan dendam maupun amarah
Tetapi basuhlah dengan kembang tujuh rupa
Yang terambil dari sumur kerendahaan jiwa

Kemudian mandikan aku
Dalam hangat kasih
Bersama kucuran dari pancuran
Berbarengan dengan nafas mewangi bunga
Bersemesta kering luka
Berselimut kabut rindu
Dan teruntuk dirimu
Aku...
Aku khan menunggu...