12/23/2006

Selamat hari Ibu

MAKASIH ATAS SEMUA KASIH SAYANG YANG PERNAH KAU BERIKAN KEPADAKU



Tak Perlu Itu


Sudah jangan kau pandangi aku
Palingkan saja muka dari romanku
Karena cukup sekali kau lihat
Dan sila dirimu pergi

Sudah tak perlu kau tanya tentang aku lagi
Hanya buang waktu
Karena sang kala tak mau menunggu
Kemudian ku biarkan dirimu menjauh

Sudah jangan kau tangisi diriku
Aku rasa tak perlu itu
Bukan karena aku tak mau
Tapi itu tak pantas bagiku

Biar semua ini hilang
Tengelam...........
Hanya itu cerita pernah terbilang..***

Jangan Kau Bertanya


Irama mengalun, menyiram padang kegersangan
Membujuk, menebar perangkap fatamorgana
Membisik, memelas penuh wangi cempaka
Berdahan dan beranting rapuh tegak disana

Untuk kesia-siaan yang terjaga
Bagi kepalsuan yang termuliakan
Dan bagi ketenangan yang terbuang
Aku meratap, menagisi penuh harap

Bila hujan tak lagi menyejukan
Bila mentari tak lagi menghanngatkan
Dan malam yang terus kelam
Aku merindu, bertapalbatas nestapa
Bertikar duri derita

Lalu biar semua burung mengigau saat pagi
Laksana musik yang terus berdendang
Lepaskan saja pukulan genderang
Kemudian hempaskan

Dan...
Apa guna singasana tanpa pualam
Entah emas yang terbungkus kotoran
Ya.. Biarkan
Tak perlu engkau berkata "Aku tak suka!"
Karena bukan itu yang ku minta...****


21 Desember 1900


Adakah yang istimewa dari tanggal 21 Desember ?. Sekitar 106 tahun yang lalu Kartini pernah menulis sepucuk surat untuk Nyonya R.M. Abendanon. Dalam surat yang tertanggal 21-12-1900 tersebut Kartini menceritakan kebahagiaannya setelah mendapatkan ijin dari ayahnya untuk bersekolah dan untuk selanjutnya menjadi pengajar. Dalam surat Kartini tersebut, dia menuliskan kata-kata yang pernah ia ucapkan kepada Wertheim, "Perlawanan itu menyenangkan sebab mengacu ketabahan, Pengingkaran bagus sekali sebab menumbuhkan pengakuan dalam hidup, Penolakan memberi kesukaan sebab menumbuhkan harga diri menjadi pernyataan berani dan kesadaran akan harga diri".

Lebih lanjut lagi, Kartini menegaskan dalam suratnya bahwa seandaianya dia tidak mendapatkan perlawanan begitu banyak, atau begitu banyak penderitaan dalam hidupnya yang masih muda, maka dia tak akan menjadi seperti yang sekarang ini (kalau dia menyebutnya dengan: lebih sedikit dari kebanyakan orang).

Kartini seorang gadis kelahiran 21 April 1879, merupakan keturunan bangsawan bergelar Raden Ayu (RA). Ia dalam kehidupannya patang menyerah walau banyak rintangan dan halangan. Dari sini terllihat bahwa seseorang harus berfikir positif ketika dihadapkan dengan banyaknya ujian yang dia hadapi dalam hidup. Karena harus disadari bahwa ketika kita didera dengan kesul;itan di situ kita diuji keberadaan diri ini di dunia. Eksistensi kita dipertanyaakan, kuat atau lemahkan diri kita mengarungi dunia ini?

Maka sangatlah naif bila ketika diri ini dicoba, didera, dan dilanda kesulitan, cobaan, tantangan dalam hidup jita meyerah tanpa perlawanan, pasrah....Menyerah pada suatu keadaan tanpa berusaha mengubah keadaan tersebut. Padahal kalu kita mau jujur, sebenarnya disitu ke-manusia-an kita sebagai mahkluk ensrationalis dan si pemberi warna hidup sedang diuji.

Memang terkadang kita lelah, letih mengeluh atau bahkan menyalahkan orang lain, atau siapun yang patut kita kambinghitamkan. Namun terkadang kita tidak melihat ke dalam diri kita (adakah yang salah ?). Instropeksi yang kita gunakan biasanya berbentuk ektern maksudnya melihat setiap kejadian yang kita alami disebabkan oleh faktor luar dari diri kita. bukan bertanya atau sekedar mengevaluasi apa yang sebenarnya ada pada diri kita. Refleksi diri sering terasa menakutkan bagi diri kita, ketika kita harus jujur terhadap nurani dalam diri. Padahal faktor intern banyak mengambil peran penting dalam penentuan tujuan hidup ini. So, sudah saatnya kita seperti kartini 106 tahun lalu yang menganggap perlawanan, pengingkaran dan penolakan sebagai kesukaan dalam hidup.

Pacaran itu Indah?


"...............dia harus tahu kemanapun saya pergi dan dengan siapa. Bahkan pernah suatu ketika ia sedang berada di luar kota, namun saya tidak berani pergi ke manapun........"
Pengakuan Saudara R, di suatu tempat

Patut disadari bahwa dalam membina sebuah hubungan dengan orang lain, ego kita selalu ingin mendapat tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Secara tidak sadar kita dalam sebuah komunitas ataupun dalam berhubungan dengan orang lain menginginkan sebuah pengakuan bahwa diri kita ini ada. Proses ini dapat dilihat sebagai bagian dari sebuah ajang penunjukan eksistensi diri. Bahkan dalam beberapa kasus, seseorang akan meninggalkan komunitas atau hubungan yang telah dia bina hanya karena dia merasa dia tidak diakui oleh orang lain.

Dalam hal berhubungan dengan pasangan (atau dalam istilah kekinian disebut sebagai pacaran) hal yang tersebut diatas sangat dimungkinkan saja terjadi. Stephen W. Littlejohn menjelaskan bahwa relationship is a set of expectations two people have their behaviour based on pattern of interaction between them. Dari sini, kita mengetahui bahwa dalam hubungan antara dua orang tersebut terdapat hal yang mendasar yaitu interksi yang telah terumuskan. Dan tak dipungkiri juga bahwa dalam pacaran terjadi proses saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Sehingga tak salah jika dikatakan pacaran merupakan sebuah perang eksistensi (semacam perang barathayuda) diantara laki-laki dan perempuan.

Permasalah perang eksistensi, patut dimengerti bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan sebuah pengakuan dari orang lain. Sebagai salah contoh kita membutuhkan atau menginginkan seseorang pacar, salah satu sebabnya karena kita menginginkan diri kita untuk diakui keberadaan kita. Disini ada semacam prestise tertentu yang membawa bahwa kita merasa lebih dibandingkan dengan orang yang belum memiliki pasangan.

Perang eksistensi yang terjadi tersebut, apabila tak terbangun dengan baik akan menimbulkan ekses yang negatif yaitu berupa konflik. Dan hal ini merupakan awal mula terjadinya kekerasan dalam pacaran. Definisi secara umum kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang terjadi atau dialami oleh seseorang ketika menjalani hubungan personal dengan orang lain. Jenis-jenis kekerasan tersebut dapat berupa :
1. Fisik, Seperti tamparan,
2. Emosional, Seperti kontrol yang ketat terhadap pasangannya,
3. Seksual, Seperti sering dipaksa mencium pasangannya, dan,
4. Ekonomi Seperti sering pinjam uang.

Data mengenai Kekerasan dalam pacaran seperti yang dilaporkan oleh Rifka Annisa, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi dan jender menemukan bahwa sejak tahun 1994 - 2001, dari 385 kasus dari 1683 kasus kekerasan yang ditangani. Data tersebut merupakan sebuah fenomena gunung es, karena sebenarnya kekerasan yang tidak terungkap jauh lebih banyak.

Mengapa para korban tidak berusaha melaporkan kekerasan yang ia alami?. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, adanya ancaman dari pelaku, adanya pemaafan dari korban, dan lain sebagainya. Padahal patut di sadari, ketika seseorang telah melakukan kekerasan maka dia akan melakukannya walau dia telah berjanji untuk tidak melakukan. Kekerasan merupakan sebuah siklus, bahwa sikap menyesal ataupun permintaan maaf hanya sebuah tahap "reda" karena setelah tahap ini sangat dimungkinkan kekerasan akan terjadi kembali.

Finally, sebenarnya seberapa pun besar cinta kita kepada sesorang bukan berarti kita harus menerima apapun yang telah dia lakukan kepada kita (khususnya kekerasan). Oleh karena itu ada baiknya ketika kita mengalami kekerasan yang tersebut diatas, kita harus bertindak dengan melaporkan kebalai konseling remaja sebagai salah satu contohnya. Sehingga kita mencegah terjadinya kekerasan itu kembali lagi. So, stand up, talk and action..................*****

Senandung Sedih


Semilir angin hantarkan aku pada perjumpaan
Sebuah pertemuan yang tlah lama ku dambakan
Bukan sebab ku rindu atau penantian yang lama ku harapkan
Tidak juga asa ku yang mengebu menjamahmu
Bukan karena itu, sayangku

Demi sebuah kejujuran yang tertinggal
Teruntuk pemujaan yang tlah mengakar
Aku mencari
Aku harus mengakhiri
Laksana merpati ku harus kembali

Dan...
Bila aku sanggup terbang
Kan ku bawa kau terbang melintasi putih awan
Bercanda dengan camar, parkit, dan hangat mentari
Bila aku sanggup memuncaki gunung tertinggi
Ijinkan aku membawamu serta,
Bersama keceriaan, keintiman, dan kesederhanaan yang kau berikan.

Teruntuk kau perempuan
Dan demi janji yang terberikan
Aku kan berputar ke kiri
Pada saat yang tlah ku tentukan
Maka tunggu aku walau badai itu datang
Karena aku disini, empu-ku...

Perempuan (Bukan) Warga Kelas Dua


Dalam mitologi Yunani tersebutlah nama Pandora, dia merupakan perempuan pertama yang diciptakan di dunia ini. Proses penciptaan Pandora, sesuai dengan namanya yang berarti all gifted (semua anugerah) berawal dari perintah dewa Zeus kepada Hephaestus, dewa kesenian dan dia menciptakan Pandora menggunakan air dan tanah. Dalam perkembangan lebih lanjut, para dewa menganugerahinya banyak talenta seperti dewa Hermes yang memberikan dia kemampuan merayu, dewi Aphrodite memberikan Pandora kecantikan dan begitu seterusnya. Dan ketika Prometheus mencuri api surga, Pandora diutus oleh Zeus untuk mengoda Epimethius adik Prometheus. Pandora dibekali sebuah guci yang tidak boleh dibuka, tapi apa lacur karena keingintahuan Pandora yang cukup besar maka dibukalah penutup guci tersebut. Kemudian menyebarlah semua kejahatan ke seluruh dunia ini.

Demikianlah, bagaimana sebuah mitologi mempresentasikan figur perempuan. Perempuan disteoretifkan sebagai seorang yang pandai merayu, cantik dan lain-lain. Berdasarkan cerita Pandora diatas, perempuan diasumsikan sebagai penyebab munculnya seluruh kejahatan di dunia ini. Olehkarena itu, masyarakat memandang perempuan harus dikontrol dengan ketat sehingga tercipta diskriminasi terhadap perempuan.

Pandangan yang seperti inilah yang selama ini terus berada di benak masyarakat kita, maka tak salah bila perempuan kurang memperoleh peran yang penting dalam kehidupannya. Sebagai salah satu contoh, hanya beberapa perempuan yang menempati posisi yang tinggi di organisasi publik seperti bupati, anggota parlemen, dan lain-lain. Bentuk diskriminasi ini tidak hanya sebatas kurangnya peran perempuan disektor publik. Perempuan yang telah berada disektor ini pun tak luput dari diskriminasi sebagai contohnya buruh perempuan kurang mendapatkan perlindungan dalam bekerja, dan lain-lain.

Pembatasan peran seperti ini seakan-akan merupakan bentuk dari kontrol agar perempuan tidak menyebarkan kembali kejahatan seperti yang dilakukan Pandora.

Diskriminasi terhadap perempuan harus kita pahami sebagai bentuk pengucilan atau pembatasan bukanlah sebuah bentuk "kealamiahan peran". Selama ini, apa yang dialami oleh kaum perempuan dianggap sebagai bentuk "kealamiahan peran" sehingga masyarakat menggangap wajar diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini tak lepas dari konstruksi gender dalam masyarakat itu sendiri. Perempuan dikontruksikan sebagai kaum yang lemah, emosional, mengurusi ruang domestik (rumah tangga) dan lain-lain sedangkan laki-laki dikontruksikan sebagai kaum yang perkasa, rasional, mengurusi ruang publik, dan lain-lain.

Penghapusan diskriminasi terhadap perempuan merupakan jalan bagi terciptanya tatanan yang adil dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu kaum perempuan bukan dianggap lagi sebagai warga kelas dua (second sex). Hal ini patut dilakukan selain untuk menghapus anggapan tersebut juga untuk mengurangi dampak lanjutan dari diskriminasi itu sendiri seperti kekerasan terhadap perempuan, dan lain-lain.*****

Balada Ha Hi Hu Ugh


Ha....................Ha.................Ha..........Ha... He...................ee................he.................e..e..e....e
Hi...Hi.............Hi...Hi... Uhk...............kkk.......ee..........ee
Hu....Hu...Hu... Ehmmm..mmmm...
Iks..Ungh..... Uahh..hhh..hh
Uhhhh....
Ha...ha...Ha....Ha....aaa

Hi.....................hi.......................hi........................hi...
Hu........................Hu............................Hu....
Ahhhhhhhhh.....................hhhh........
Aku Lelah.....hhhh........
Mabuk.........kkkk..............................kkk.....
Muntah....................................hhhhh......hhh.....

Ha....ha....ha....... Heee..e..........e.......e......e....eee......eks
Hhhhh..............Ahhh........Aaa..aaa.aaa..
Hancurrr....rrrrrrrr...........rrrr.........rrr.............
M U S N A H..................................

Lalu.........

M.............................................L
A........................................
T................................H
I................................0...........................R

Karna

Adipati Karna, adalah salah satu tokoh dalam cerita Mahabharata. Ia adalah masih saudara satu ibu dengan para Pandawa. Sebab ibunya, Kunti pernah mencoba sebuah aji pada masa kecilnya untuk memanggil seorang Dewa. Yang dipanggilnya adalah Dewa Matahari dan beliau membuatnya hamil. Putranya akan keluar dari telinga untuk menjaga keperawanan Kunti, maka dinamakannya Karna. Oleh ibunya, Karna dihanyutkan di sungai sampai ia ditemukan oleh seorang Prabu Radeya dan diangkat anak, dan ia dibesarkan oleh seorang sais prabu Dretarastra, yang bernama Nandana atau Adirata.

Walaupun Karna masih saudara seibu dengan Pandawa, tetapi Pandawa tidak mengetahuinya sampai ia gugur di perang Bharatayuddha. Sehingga mereka suka menghinanya.

Karna sangat mahir menggunakan senjata panah. Kesaktiannya setara dengan Arjuna. Mempunyai senjata andalan bernama Kunta. Suatu ketika, ketika terjadi uji tanding antara Korawa dengan Pandawa sebagi murid-murid Dorna, Karna berhasil menandingi kesaktian Arjuna. Namun karena Karna bukan raja atau anak raja maka beliau diusir dari arena. Karena mengetahui kesaktiannya, maka Duryodana, ketua para Korawa mengangkatnya menjadi raja Awangga. Sejak itu Karna bersumpah setia kepada Duryodana.

Kresna mengetahui bahwa Karna adalah pandawa sulung, namun lain ayah. Dan semua tahu bahwa Karna lah pemilik Kunta. Kresna sempat ingin membuat Karna memihak pandawa pada Bharatayuda mendatang dan ia mengatur sebuah pertemuan rahasia antara Karna dan ibunya Kunti. Karna pun memelas setelah ia melihat ibunya menangis namun ia menganjurkan ibunya untuk tetap tegar karena ia melakukan kewajiban bela negara ia juga memberi tahu ibunya bahwa selain dia berkorban demi negara ia juga akan menyelamatkan para Pandawa lima karena ia tidak akan menggunakan panah kunta untuk membunuh Arjuna dan saat ia berperang dengan Arjuna, dia memastikan bahwa Arjuna tidak tahu bahwa Karna adalah kakaknya sendiri sehingga tidak segan membunuhnya. Pada perang Bharatayuddha, ia membunuh Gatotkaca dan terbunuh oleh Arjuna.

Karna adalah seorang figur the others dalam cerita mahabarata. Dia bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki pandangan yang lain dalam melihat sesuatu (dalam hal ini adalah siapa yang harus ia bela). Karna mengetahui betapa jahatnya Duryodana. Ia juga tahu bahwa ia merupakan bagian dari Pandawa, namun hal ini tidak serta merta membawanya membela Pandawa saat perang di Padang Kurusetra.

Adipati Karna merupakan tokoh yang melihat bahwa betapa jelek dan jahatnya seseorang, pasti tetap memiliki sesuatu yang baik. Salah satu contohnya Duryodana, walaupun dia merupakan tokoh yang jahat dia merupakan salah satu yang membelanya saat dia dihina oleh pihak Pandawa.

Figur Karna, merupakan sosok yang mampu memperlihatkan bahwa dalam membela dia harus menyingkirkan masalah-masalah pribadi (termasuk keluarga). Dia mengetahui siapa yang akan dia hadapi...Namun hal ini tak menyurutkannya untuk membela negara yang telah membesarkannya.

Untuk itulah kawan, masih adakah figur Karna di negara ini? Tentu jika ada dia akan mati-matian membangun dan membesarkan bangsa ini. Memang kita harus terus bersabar...............*****

12/12/2006

Surat Untuk Zeba (Seseorang yang Mengetarkan Jiwa)

Teruntuk Dewi Asmara yang Menghangatkan Jiwa,

Bersama surat ini aku berikan sebuah cerita tentang sebuah pemujaan. Bukan untuk diri yang penuh kesepian atau kenestapaan tetapi karena sebuah keharusan atau keniscayaan. Bagiku ini adalah sebuah potongan dari mantra-mantra yang ingin aku ucapkan. Namun apa daya lidah tak memiliki kekuatan untuk melakukakannya. Maka mulai ku goreskan pena dan ku bentuk sebuah kata yang akhirnya menjadi sebuah cerita. Mungkin kau boleh sebuat ini sebuah cerita tentang cinta atau pendambaan yang tercela.

Terasa berat mulanya untuk menuliskan kata-kata dalam surat ini, tapi ini memang harus tertuliskan agar terjamah sebuah kepuasan. Tahukah kau berapa lama aku menginginkan dirimu? Bahkan waktu tak akan dapat menjelaskannya walau terkadang kita selalu menyebut waktu yang dapat menjelaskan segala tindakan. Aku tahu, kau tak akan terima dengan semua ini. Aku tahu itu Zeba (kalau kau tak keberatan untuk ku sebut dirimu), tetapi seperti yang telah ku katakan sebelunya ini harus terkatakan, Yah minimal teruliskan bahwa aku mengingkan dirimu, bahwa aku mendamkanmu.

Kepada Zeba yang telah mengetarkan,

Biarkan kau bercerita mengenai kecintaanku ini. Kau tahu apa yang dapat ku ingat ketika aku membayangkanmu?.....Pertama, senyummu yang manis bak setetes embun ketika pagi mulai datang. Bagi ku, senyummu mengundang sang surya untuk datang menghampiri dunia. Seperti itulah senyummu berarti bagiku. Yang kedua, tentu sepasang matamu yang penuh kehangatan dan ketajaman. Tahukah kau ketika kau memandangku, aku serasa kau telanjangi, kau buat diri ini tertunduk malu. Merasa kecil, merasa tak memiliki keberanian untuk sekedar melayangkan padangan kearahmu atau bahkan kau buah diriku remuk rendam menusuk keseluruh tulang dan kau buat lemas seluruh badan.

Mungkin bagimu ini adalah sebuah kata-kata yang tak memiliki makna bagimu. Tetapi ketahuilah bahwa bagiku ini merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Sebuah cerita tentang kebenaran yang terungkapkan melalui ruang gelap. Dan hanya dirimu yang memberikan setitik terang itu untuk memanduku. Mungkin inilah yang membawaku untuk memberikan surat ini. Dan bagiku hal ini merupakan kekuatan dimana aku bisa mengantungkannya. Sekali lagi karena ini aku berdiri melalui bersama terbacanya surat ini.

Zeba Tersayang,

Aku tak mengerti arti cinta itu.... Yang ku tahu cinta merupakan sebuah perasaan ingin membagi bersama atau sebuah perasaan menghargai terhadap seseorang. Atau ada pula yang berpendapat, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Tentu kau bertanya mengapa aku mengirim surat ini kepadamu... Ya ku akui aku tlah jatuh cinta...dimana rasa itu muncul ketika ku melihat dirimu. Sebuah perasaan yang datang ketika kau muncul kedalam kehidupan-ku. Dan berjuang untuk mendapatkan sebuah kata bernama relasi. Menurut pendapat orang bahwa perasaan ini muncul karena di dalam tubuh diproduksi beberapa zat-zat tertentu yang sedikit membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba. zat-zat tertentu ini dinamakan feromon. Feromon membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin. Dan mungkin aku tlah mencapai tahap itu, maka biarkan aku untuk mengungkapkan sebuah perasaan hati yang terpendam melalui surat ini.

Terkirim sebuah peluk kehangatan untukmu,
Zeba yang penuh cinta............

Aku tahu ini tak akan cukup untuk menggambarkan berartinya dirimu untuk-ku. Bahkan sebenarnya tak akan ada kata yang dapat merangkaikan keindahan yang ku rasa saat ku melihatmu, menatapmu, atau berbicara kepadamu.
Melalui surat ini biarkan diri ini berkata Saat ini aku butuh dirimu bukan karena sebuah pengharapan namun untuk kesempurnaan jiwa yang tlah terpecah dan ku yakin saat ini hanya kau yang dapat melengkapinya. Hanya kau yang dapat menyembuhkannya... Karena dirimu teramat berarti bagiku....
Lalu biarkan aku menuliskan bahwa aku MENCINTAIMU....****

(Mungkin Ada Sambungannya)

Untuk Sebuah Kata Bernama Cinta....

"Kau tlah tak perduli kepadaku!!!" cetus laki-laki berbaju merah itu dengan nada membentak.
"Bagaimana bisa, Aku memikirkanmu disetiap hariku bahkan pernah dalam mimpiku..." Jawab perempuan itu tak kalah cetusnya.

Dan tanpa diawali kata-kata laki-laki itu pergi meninggalkannya. Melangkah pergi melalui lorong sempit di samping kedai kopi. Terlihat airmata meleleh menetes membasahi pipi perempuan itu. Memang tak terdengar isak tangisnya. Bukan karena tegar tapi mungkin tlah habis suaranya. Atau tak kuasa menahannya lagi. Terkadang kita, memang harus mengeluarkan apa yang harus dimuntahkan bukan diendapkan lalu mengunung dan meledak tanpa batasan.
Lalu diambilnya tas kecil berwarna merah di kursi kecil itu. Tanpa banyak gerakan dia berlalu, pergi, perih dalam hati.

"Mbak...!! sebentar!?" Panggil laki-laki Berkemeja hijau muda mengejutkannya.
"Ya... ada apa mas?" jawabnya sambil menyeka airmata yang menempel dipipinya.
"Anu Mbak....Bonnya belum dibayar" kata lelaki itu.
"Oh maaf.., berapa mas semuanya?" katanya sambil mengelurkan dompet merah muda dari tas kecilnya.
"Ehmmm.....Jadi semuanya 21600, Mbak? Jawab pelayang tersebut sambil memberikan sepucuk kertas tagihan.
Lalu dikeluarkanya selembar uang dua puluh ribuan dan selembar lima ribuan lalu dia berkata "Mas kembaliannya diambil saja !"

Kemudian dia berlalu pergi. Meninggalkan kedai kopi disimpang jalan dekat taman itu.

Pagi itu masih seperti biasa, diiringi kicau burung disambut oleh hangat sinar mentari pagi. Nyaman terasa walau jika teringat peristiwa semalam tak habis aku menyumpahinya. Bukan karena dia yang meninggalkan aku semalam tanpa alasan yang jelas tetapi ini untuk kesekian kalinya dia mempertanyakan rasa cintaku padanya. Cinta, kembali lagi aku harus mempertanyakannya...Sebenarnya, apakah cinta itu hanya berupa kepatuhan kepada pasangan sehingga tak ada ruang untuk melangarnya atau sekedar mempertanyakannya?. Memang aku akui cemburu itu layaknya bunga dalam taman dalam bercinta Bahkan terkadang aku juga merinduinya ketika dia tak memperdulikan sikap dan tindakanku tetapi haruskah diri ini terbutakan oleh rasa itu sehingga logika dan pikiran kita terlenakan olehnya?.

Mencintai seseorang itu penuh dengan resiko. Seperti layaknya kita memegang bara. Bukan aku berusaha mengugat cinta, aku tahu itu adalah unsur murni yang melekat pada diri setiap manusia, tetapi haruskah hal itu menjadi sesuatu yang lebih diskruktif kala mulai diselipi oleh kepentingan-kepentingan yang kita bawa.

Pernah ada yang ku dengar pandangan bahwa cinta itu hanya seongok kepentingan yang terbungkus oleh kata-kata manis penuh romantika. Bayangkan bagaimana seseorang mengatakan itu cinta ketika dia membatasi pasangannya untuk berkarya dan mengukuhkan eksistensinya? Atau berusaha mengendalikan, mengontrol bahkan menyakiti pasangan kita atas nama cinta. Mungkin kita pernah mendengar aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Maka hal itu semacam legalisasi tindakan apapun yang dilakukan oleh pasangan kita. Dan ku pertanyakan sekali lagi, seperti itukah cinta ? Itukah kasih dan sayang ?.

Memang ada yang mengatakan bahwa cinta memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Sebuah daya yang dapat memberikan rangsangan luar biasa dalam kehidupan. Daya yang membuat seseorang dapat melupakan karakternya, atau melakukan hal-hal yang aneh (jika orang lain yang melihat). Tetapi patut disadari cinta memang penuh misteri....

Dan masih aku terbaring di tempat tidur. Kemudian ku layangkan pandangan kearah jendela di sebelah kiriku. Terasa penat ini masih membeban dalam batinku. Masih terus ku coba mencari apa salah-ku dalam menilai sebuah kata yang bernama CINTA............*****