8/30/2006

Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan

Tidak semua cerita tentang perempuan dilegenda-legenda menuliskan citra yang miring bagi perempuan. Cerita-cerita yang mengagungkan perempuan juga banyak ditemui, seperti legenda Dewi Sri, yang digambarkan sebagai Dewi Kesuburan, atau Athena yang merupakan Dewi dari kota Athents, dewi Kesenian dan juga pertanian. Tetapi cerita tentang kebijakan dan kebaikan yang disandang Dewi Sri dan Athena ternyata tidak tergambarkan dengan jelas dikehidupan nyata. Penghargaan terhadap perempuan di berbagai bidang masih kurang dan perempuan masih banyak yang mengalami penderitaan akibat kekerasan yang dialaminya.
Perempuan seakan-akan tidak memperoleh tempat yang nyaman dalam kehidupannya. Hampir tidak ada ruang yang aman bagi perempuan, baik domestik (rumah tangga) maupun publik (masyarakat). Bentuk ketidaknyaman perempuan tersebut dapat dilihat dari banyaknya varian mengenai kekerasan terhadap perempuan, mulai dari pelecehan seksual seperti rabaan yang tidak diinginkan sampai dengan pemerkosaan dan lain sebagainya.
Secara umum kekerasan terhadap perempuan dapat dibagai menjadi tiga hal. ketiga hal tersebut dapat iuraikan sebagai berikut, yaitu:

a. Kekerasan fisik,
Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang paling banyak ditemui dan mudah dilihat serta dipahami. Kekerasan fisik merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Jenis kekerasan fisik dapat berupa pemukulan, tamparan, tendangan membekap korban sampai pingsan, dan lain-lain.

b. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Kekerasan psikologis lebih menekankan pada kondisi psikis korban. Kekerasan jenis ini dapat berupa ancaman, intimidasi, ucapan kata-kata kotor, ketakutan terhadap pasangannya, dan lain-lain.

c. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi dalam undang-undang kekerasan dalam rumah tangga diartikan sebagai penelantaran. Dalam undang-undang tersebut penelantaran diartikan sebagai usaha dari setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut. Kekerasan ekonomi ini dapat berupa pelarangan perempuan untuk bekerja, pemerasan atas nama cinta, dan lain-lain.

Ketiga jenis kekerasan diatas merupakan hal yang mungkin dianggap biasa oleh masyarakat kita. Oleh sebab itu kekerasan terhadap perempuan kurang mendapatkan perhatian yang serius dari banyak pihak.
Bagi penulis, mengharapkan dengan adanya uraian ini maka semakin banyak perempuan yang sadar akan hak dan kewajibannya. Bahwa kekerasan yang mereka alami merupakan bentuk kriminalitas dan pelakunya berhak untuk mendapatkan hukuman.

Ada Dengan Perempuan ?

Ramayana dari asal kata Rama yang berarti menyenangkan, menarik, anggun, cantik, bahagia, dan Yana berarti pengembaraan. Cerita inti Ramayana diperkirakan ditulis oleh Walmiki dari India disekitar tahun 400 SM yang kisahnya dimulai antara 500 SM sampai tahun 200 M, dan dikembangkan oleh berbagai penulis. Kisah Ramayana ini menjadi kitab suci bagi agama Wishnu, yang tokoh-tokohnya menjadi teladan dalam hidup, kebenaran, keadilan, kepahlawanan, persahabatan dan percintaan, yaitu: Rama, Sita, Leksmana, Sugriwa, Hanuman, Wibisana.
Di cerita Ramayana ini dikisahkan tentang Sinta, isteri Rama yang disangsikan kesuciaannya oleh suaminya sendiri. Dan ini menyebabkan Sinta amat menderita karena tidak segera diterima oleh Rama karena dianggap ternoda. Oleh karena itulah Sinta melakukan ritual pembersihan diri dari kobaran api, Sinta diterimanya. Dijelaskan oleh Rama, bahwa penyucian itu harus dilakukan untuk menghilangkan prasangka buruk atas diri isterinya.
Disini dapat kita lihat bahwa perempuan yang disangsikan oleh suaminya sendiri harus melakukan sebuah ritual pembersihan diri. Dan ini menempatkan seorang laki-laki sebagai pemegang moral tentang baik tidaknya tindakan isterinya. Dalam sebuah budaya yang mengagungkan laki-laki, tindakan-tindakan yang mendeskriditkan perempuan merupakan sebuah kewajaran. Padalah tindakan-tindakan tersebut merupakan awal dari terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan pendapat Mansour Fakhih, Bahwa tindakan diskriminasi terhadap perempuan dapat menimbulkan kekerasan terhadap perempuan baik di wilayah publik maupun wilayah domestik.
Kekerasan terhadap perempuan dikota Semarang khususnya kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan dalam pacaran, berdasarkan penelitian penulis disebabkan oleh tiga permasalahan. Permasalahan tersebut adalah pertama, budaya masyarakat kota Semarang yang patriarki. Kebudayaan patriarki dapat diartikan sebagai suatu struktur masyarakat di mana kaum lelaki yang memegang kekuasaan, dipandang sebagai struktur yang memperlemah perempuan, yang terlihat dalam kebijakan pemerintah maupun dalam perilaku masyarakat. Kedudukan laki-laki yang dominan dalam struktur masyarakat menyebabkan laki-laki merasa memiliki kontrol yang lebih terhadap perempuan yang memiliki relasi personal dengannya. Lebih mengenaskan lagi kebudayaan yang tidak berpihak kepada perempuan tersebut terus ditanamkan kepada generasi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat bahwa kebudayaan tersebut harus dibiasakan dengan cara belajar sehingga terinternalisasi ke generasi selajutnya. Dengan demikian kekerasan terhadap perempuan akan terus terlanggengkan, sehingga menjadi sistem yang memperlemah kedudukan perempuan.
Kedua, hubungan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan (gender different). Gender different yang terjadi dimasyarakat Semarang seperti pembagian kerja, laki-laki bekerja dibidang publik sedang perempuan bekerja dibidang domestik dan lain-lain, menyebabkan marginalisasi, subordinasi, adanya stereotif, dan kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan Karl Mannheim dalam masyarakat patriarchat, terdapat pemisahan dalam mata pencarian antara perempuan dan laki-laki, dimana laki-laki bekerja sebagai prajurit dan pemburu yang dianggap sebagai pekerjaan yang mulia sedangkan perempuan bekerja dibidang pertanian, yang sebagai pekerjaan rendahan. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya stereotif yang dilekatkan kepada perempuan seperti perempuan itu mudah dirayu, lemah, dan lain sebagainya.
Ketiga, kontrol sosial masyarakat yang rendah. Selama ini kekerasan terhadap perempuan oleh masyarakat masih dianggap sebagai urusan domestik oleh karena itu masyarakat cenderung angkat tangan apabila melihat kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Hal ini disebabkan oleh tatanan masyarakat yang patriaki sehingga kekerasan yang dilakukan dianggap sebagai hal yang wajar. Dan ini merupakan sebuah bentuk dari pelanggengan dari status quo, sehingga masyrakat cenderung mempertahankan tatanan yang telah ada. Pelangengan status quo berdasarkan pendapat Astrid S. Susanto diperlukan pengawasan (social control) hal ini terjadi dikarenakan setiap kelompok akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan ikatan kelompok, hal mana dilakukanya melalui penaatan terhadap norma-norma yang berlaku ataupun tujuan terhadap tertentu. Ditambah lagi, Semarang sebagai kota yang metropolitan sehingga budaya kolektifitas tergantikan dengan budaya indivudualitas. Dengan budaya yang seperti itu masyarakat kota Semarang terkesan acuh dengan apa yang terjadi di lingkungannya sendiri.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia pasti ada yang melatarbelakanginya, begitu juga kekerasan terhadap perempuan di kota Semarang. Kekerasan terhadap perempuan di kota Semarang setidaknya didasari oleh tiga faktor antara lain; pertama, eksistensi diri. Eksistensi diri dimaksudkan sebagai sebuah keinginan untuk menunjukan keberadaan dari masing-masing pihak, dalam hal ini adalah perempuan dan laki-laki. Dan ketika eksistensi mereka terganggu maka mereka akan berusaha mati-matian untuk mempertahankannya. Karena laki-laki memiliki agresifitas yang tinggi, maka apabila terjadi konflik diantara keduanya, laki-laki cenderung menggunakan kekerasan sebagai jalan penyelesaian konflik tersebut.
Kedua, kebiasaan buruk pelaku. Setiap pelaku tindakan kekerasan terhadap perempuan memiliki kebiasaan yang dapat menunjang terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Dalam penelitian ini pelaku kekerasan terhadap perempuan memiliki kebiasaan-kebiasaan seperti, pemabuk, selingkuh, abusive, dan posesif. Kebiasaan-kebiasaan yang seperti itu ternyata dapat menunjang kekerasan terhadap perempuan di kota Semarang.
Ketiga, pemaafan korban. Kekerasan yang terjadi pada perempuan tidak lepas dari perempuan itu sendiri sebagai korban. Selama ini korban kekerasan yang melaporkan kekerasan yang terjadi kepadanya disebabkan karena korban sudah tidak tahan dengan kekerasan yang dia terima. Korban kekerasan cenderung memaafkan tindakan-tindakan kekerasan yang selama ini dia terima. Tindakan ini merupakan bentuk kepasrahan korban kekerasan. Biasanya korban kekerasan akan berharap agar pelaku akan sadar dengan tindakan yang telah dia lakukan tersebut salah dan tidak menggulanginya lagi. Namun hal ini semakin menjerat korban untuk mendapatkan kekerasan yang lebih parah.

8/24/2006

Dari..............

Belum kering benar hujam semalam
Saat engkau datang dan bawakan aku fajar
Sayang bukan itu yang kuminta
Tapi terus saja kau paksa

Belum terhapus langkah kaki penuh lumpur
Saat kau coba bersihkan pekat noda itu
Tak terjawab panggilan mu
Namun kau tetap tersenyum

Sudah lelah ku arungi hari tanpa siang
Walau susah sungguh,
Kau tetap sempatkan singgah

Dari............
Awal tanpa kesan
Akhir yang mendalam

Ke....
Penuh..
Kosong..
Penuh...
Musnah
Kosong...

Teks Proklamasi Kemerdekan Indonesia




8/23/2006

Indonesia Merdeka (kah)

Sekali lagi kita merayakan sebuah rutinitas yang telah berusia enam puluh satu (61) tahun. Sebuah kebiasaan yang telah dan mungkin mendarah daging pada diri kita. Sebuah rutinitas ini bernama hari kemerdekaan atau kalo mao dianggap ngetren Indepedent Day. Sungguh sangat disayangkan bila sebuah hari yang syakral ini hanya menjadi hal yang tak lebih dari semacam penguguran tugas dan setelah itu selesai, tak ada kesan sama sekali.

Penguguran tugas tersebut,
bagi para pegawai negeri mungkin berupa pelaksanaan upacara bendera, atau hal lain sebagainya. Padahal untuk mewujudkan hari kemerdekaan ini, telah banyak peluh dan darah yang telah dikeluarkan oleh pendiri negeri ini.

Oleh karena itu sungguh malang nasib bangsa ini, walau sudah berumur tapi tak pernah menggunakan waktunya barang setahun sekali untuk mengintropeksi dan kemudian melakukan tindakan perubahan pada apa yang menjadi kesalahan. Dan berusaha untuk memakmurkan masyarakatnya. Mungkin yang ada dibenaknya hanya bagaimana
ceremony itu dibuat atau perlombaan apa yang diselenggarakan.

Sungguh tragiss.....

Di Seberang Danau, Diantara Hutan

Di tepi danau
Selatan hutan
Dekat batu karang
Kau berkata
"Aku tlah lelah!!"

Penuh gontai
Sedikit mengeluh
Duduk dalam penat
Aku menjawab
"Itu kau Bukan diriku!!"

Dan kita lanjutkan perjalanan panjang
Dalam aurora biru
Beralaskan hitam
Berbelut hijau
Kita berguman
"Ini masih panjang"

Bukan kesah yang terutarakan
Bukan peluh bercucuran
Dan bukan pula dingin kita dalam semangat
Tapi kepastian untuk terus (apapun itu)

Ini mungkin bukan kau
Tidak dirimu
Tak pula aku
Hanya abu
Kan terus berdebu

8/22/2006

Biru Part 2

Bunda merupakan mungkin satu-satunya orang yang mengerti akan diriku dan membuatku kagum padanya. Betapa tidak selama lebih dari 20 tahun dia membesarkan diriku seorang diri. Bekerja sebagai seorang penjahit pakaian. Dia adalah perempuan yang kuat tanpa harus meneriakkan slogan-slogan apapun, ini sangatlah berbeda dengan perempuan lain yang sekarang gembar-gembor masalah gender. Bunda dapat dikatakan bahwa dia telah mejalani hidupnya dengan menjalankan konsep itu walau dia tak sadar akan itu. Perawakanya yang tegas tercermin dari kata-katanya yang terkadang terlalu kasar bagi orang lain. Ya... itulah ibuku orang yang telah melahirkan dan membesarkan aku.

Oh ya satu lagi yang membuatku bangga dia tak takut dengan sebutan dan steorotip janda. Karena baginya dalam hidup kita terkadang kita perlu tidak memdengarkan apa kata orang. Jalani saja apa yang ada kemudian nikmati itu dengan hati begitu wejangan yang pernah diberikan padaku.
Dan satu lagi jangan pernah menanyakan dimana ayahku. He....Hehe..Haa...Haa Hal itu dapat membuatnya tersinggung atau bahkan marah. Aku tak tahu mengapa tapi satu yang jelas, ayahku meninggalkan ibuku saat kandungan ibu berusia 7 bulan, saat dimana dia butuh dampingan dan penyemangat, begitu nenekku bercerita. Jadi jangan pernah bertanya tentang ayah.

Tik...Tikkk,....bunyi jam kuno dipojok ruang tamu menyadarkanku. aku harus segera menyelesaikan tugasku. Ya memang hidup mungkin merupakan usaha penyesaian tugas yang telah diberikan kepada kita.

Lalu kupunguti sampah hasil pekerjaanku semalam yang berserakan diruang tamu. kertas-kertas putih penuh coretan-coretan, pensil, ada pula tumpahan kopi tergeletak tak beraturan dimeja dan karpet bermotif bunga kesukaan bunda. Ahhhh... Akhirnya selesai sudah pekerjaan ini.

"Nawuuuuuuu....." panggil ibuku dengan sedikit bentakan.
"yaa..." kataku yang diringgi larian kearah bunda.
"ada apa, bunda?" kataku sambil mendekat kerahnya.
"ayo makan, bunda sudah siapkan masakan kesukaanmu, sayur asem plus tempe" jawabnya menjelaskan.
"Mhhhhh.... ini kelihatannya enak" jawabku sambil menunjuk kearah sayur asem yang masih panas.
"tapi bunda, kayaknya ada sesuatu yang kurang dalam jamuan ini" gurauku.
" apa??!!" tanyanya dengan penuh selidik.
"sambal pedas" jawabku
"itu tak terlihatkah olehmu nawu" jawabnya sambi menunjuk kearah pojok meja.
"ohh...." jawabku dengan gaya tak bersalah.

Langsung kuambil piring di meja makan dan sesegera mungkin ku ambil nasi.
"Ehhh.. kau sudah mandi nawu?" tanya bunda.
"Belum" jawabku singkat
"mandi dulu, nawu"perintah bunda
"enggak ahh, tak ada bedanya antara makan sebelum dan sesudah mandi" jawab sambil keteruskan mengambil makanan yang telah tersedia.
"ahh kau ini" jawabnya singkat kemudian dia berlalu.
"bunda, mau kemana?" tanyaku sambil kulahap makanan yang ada.
"bunda mandi dulu!, ngak seperti kau bangun tidu lansung makan" jawabnya penuh senyum.

Tak ku sangka jam kuno diruang tamu telah menunjukan pukul 10 pagi, dan aku harus sesegera mungkin menyelesaikan makanku kemudian langsung pergi ke kampus. hari ini akan dimulai pengarapan edisi pertama majalah kampus yang telah kurintis selama 2 semester bersama kawan-kawanku seangkatan.

"CES" itulah nama majalah itu. Aku tak tahu pasti mengapa nama itu dipilih, tapi satu yang jelas nama itu merupakan singkatan dari Cognito Ergo Sum. Sebuah nama yang diambil dari kata-kata descartes yang bermakna "berfikirlah maka kamu ada". dengan adanya majalah ini hidup baru telah dimulai.


Bersambung.....................................................................................................................................................
......................................................(bersabar menunggu).........................

Biru Part 1

Namaku Nawusjat lanang, memang sebuah nama yang tak begitu berarti bagi orang lain. Tapi bukan karena nama itu aku menjadi seorang yang sangat tidak menghargai norma (begitu teman-teman menyebutku). Karena bagiku norma dan nilai yang ada dimasyarakat itu bukanlah sesuatu yang mutlak dan absolut. Bagaimana mungkin semua manusia harus diatur oleh sebuah aturan dan nilai benar atau salah juga yang diciptakan oleh manusia . Karena menurutku aturan itu berada didalam diri kita, bukan sesuatu yang ada diluar kita untuk itu nurani merupakan penentukan arah kita melangkah. Itulah yang membingungkan mengapa kita harus tunduk pada (aturan) orang lain. Lalu dimana kemerdekaan pribadi kita. that all shit man.

Pranggg......................Brukkk.... .........
Nawuuuuu.... ahhh inilah panggilan khas ibuku. Karena hanya dengan ini aku menjadi tersadar dari lamunan yang telah mendekapku hampir satu jam. Dengan langkah gontai kudekati sumber suara itu. Terlihat seorang wanita dengan pakaian kuning dan balutan pita dirambutnya memperlihatkan raut muka menyelidik. Ya itu bunda, perempuan yang membesarkan diriku. Lalu ku hampiri dirinya.

"ada apa, bunda" kataku sambil memicingkan mata.
"kau pasti lupa dengan tugasmu" jawabnya kemudian diteruskannya memasak sayur asem kesukaanku.
"tugas apa, bunda?" tanyaku mengoda

Ini pasti tentang pekerjaan semalam yang belum selesai kukerjakan dan kubiarkan berserakan diruang tamu kataku dalam hati.

"itu bersihkan sampah hasil perbuatanmu!" bentak ibuku.
"Ohhh itu, kalau hanya sampah mengapa harus sampai membanting piring dan mengebuk meja, nanti ku bersihkan" jawabku sekenanya.
"siapa yang membanting piring untuk membangunkan, itu terlalu mahal. Kalau mau, ibu tinggal datang ke kamarmu dengan membawa setimba air dan menyiram ke tubuhmu!!"



(Bersambung).....................................................................................................................(harap tunggu)
----------------------000000000------------------------

8/16/2006

Lilith, Sebuah Cerita

Tersebutlah nama Lilith, seorang setan perempuan dalam mitologi Yahudi. Lilith dalam mitologi Yahudi digambarkan sebagai setan perempuan yang terbang pada waktu malam untuk mencari bayi yang baru lahir maupun anak-anak dengan cara menculik ataupun mearikan anak-anak tersebut. Lebih lanjut lagi Lilith juga tidur dengan laki-laki untuk nenperoleh bayi yang akan menjadi anak-anak setan. Dijelaskan juga bahwa Lilith merupakan isteri pertama dari Adam, Tuhan menciptakan mereka sebagai saudara kembar yang berdempetan punggung. Lilith meminta sejajar dengan Adam karena tak diterima dia meninggalkan Adam dengan penuh kemarahan. Setelah meninggalkan Adam Lilith bersenggama dengan setan yang kemudian melahirkan jin yang kejam. Dalam versi lain mengatakan Lilith menolak berada dibawah pada saat melakukan persetubuhan karena dianggapnya sebagai bentuk dominasi laki-laki. Dia mengutuk Adam dan kembali kerumahnya, Laut merah. Kemudian Tuhan mengirim tiga malaikat Sanvi, Sansanvi, dan Samangelaf untuk menjuemput Lilith akan tetapi Lilith menolaknya. Karena itulah Tuhan menciptakan Eve (hawa), seorang isteri yang patuh. Cerita diatas menggambarkan bagaimana Lilith kemudian menjadi setan yang menakutkan karena ketidakpatuhannya kepada Adam (laki-laki). Penggambaran bahwa perempuan harus patuh kepada laki-laki tanpa bebas berargumen dan mengungkapkan pendapatnya.

Cognito Ergo Sum

Adalah Descrates, seorang filusuf Yunani yang berpendapat "Cognito Ergo Sum" bahwa setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita harus ditemukan jawabannya. "Berfikirlah maka kamu ada" begitulah kira-kira Descrates mencoba untuk menerangkan kepada kita tentang banyaknya fenomena yang ada dan membutuhkan pemecahannya untuk menjadikan atau memperlihatkan ke-ADA-an kita sebagai manusia. Sebagai manusia yang memiliki rasio (Ens Rationalis = manusia yang mampu menimbang tindakannya, keputusan dan memilih pilihan terbaik menurut nuraninya baik untuk dirinya maupun sesamanya) seharusnya dapat menerangkang berbagai hal yang ada di bumi. Selain itu segala maca fenomena yang ada akan terus menrangsang kita untuk terus berfikir. Sudah itu kita lakukan kawan????!!!!!!!!

Pandora

Dalam mitologi Yunani tersebutlah nama Pandora, dia merupakan perempuan pertama yang diciptakan di dunia ini. Proses penciptaan Pandora, sesuai dengan namanya yang berarti all gifted (semua anugerah) berawal dari perintah dewa Zeus kepada Hephaestus, dewa kesenian dan dia menciptakan Pandora menggunakan air dan tanah. Dalam perkembangan lebih lanjut lagi para dewa menganuhgerainya banyak talenta seperti dewa Hermes yang memberikan dia kemampuan merayu lalu dewi Aphrodite memberikan Pandora kecantikan dan begitu seterusnya. Ketika Prometheus mencuri api surga Pandora dikirim oleh Zeus untuk mengoda Epimethius adik Prometheus. Pandora dibekali sebuah guci yang tidak boleh dibuka tapi apa lacur karena keingintahuan pandira yang cukup besar maka dibukalah penutup guci tersebut. Kemudian menyebarlah semua kejahatan ke seluruh dunia ini.
Demikianlah bagaimana sebuah mitologi mempresentasikan figur perempuan. Memang selama ini perempuan disteoretifkan sebagai seorang yang pandai merayu, cantik dan lain-lain. Melalui cerita Pandora diatas kita mengetahui bahwa perempuan diasumsikan sebagai penyebab munculnya seluruh kejahatan didunia ini. Maka tak salah ketika masyarakat memandang perempuan harus dikontrol ketat.

Lucrezia Borgia

Adalah Lucrezia Borgia seorang bangsawan perempuan yang dianggap sebagai salah satu perempuan yang terkutuk pada zaman Romawi. Lucrezia Borgia lahir pada 18 April 1480 di Pizza Pizzo, Merlo. Sebutan perempuan terkutuk itu merupakan bentuk dari perilakunya yang pada saat itu dianggap tabu oleh masyarakat Romawi seperti melakukan hubungan seks dengan ayahnya, Paus Alexander VI maupun dengan saudara laki-lakinya, Cesare. Tetapi berdasarkan catatan penulis-penulis modern, Lucrezia merupakan korban dari orang-orang Borgia yang brillian tapi kasar untuk mencapai ambisi mereka. Uraian diatas menunjukan bagaimana seorang perempuan dalam hal ini Lucrezia Borgia tidak berdaya dan menjadi pion dari orang-orang Borgia demi ambisi mereka. Peristiwa yang dialami Lucrezia ini dapat terjadi pada perempuan-perempuan yang lainya. Dalam catatan sejarah banyak perempuan-perempuan yang menjadi korban dari ambisi kaum laki-laki dan berimbas pada pandangan yang buruk mengenai dirinya dimata masyarakat. Pandangan masyarakat mengenai perempuan tersebut harus diatur agar tidak merusak tatanan yang ada dalam masyarakat tersebut kemudian akan berubah menjadi bentuk kekerasan terhadap perempuan. Salah bentuk kekerasan terhadap perempuan salah satunya adalah kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran selama ini terasa luput dari perhatian masyarakat, padahal kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena gunung es bahwa kasus yang terungkap merupakan puncaknya saja masih banyak kekerasan yang belum terungkapkan. Sejarah diatas menunjukan fenomena yang selama ini terjadi di dalam tatanan sosial kemasyarakatan kita. Kaum perempuan banyak memperoleh kekerasan dan yang lebih tragis lagi kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan itu di justifikasi sebagai bentuk "pembudayaan". Hal ini dimaksudkan karena perempuan merupakan makluk yang mewakili sifat nature (alam) sehingga dalam kehidupan kemasyarakatan sifat itu harus di culture-kan. Bentuk pengkulturan tersebut dapat berupa pengontrolan yang ketat terhadap perempuan dan hal inilah yang kemudian akar terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Kosep Nature dan culture yang berkembang dimasyarakat selama ini telah terlembagakan, bahkan menjadi aturan resmi (adat). Melihat fenomena tersebut, terlihat sangat sulit untuk meyelesaikan permasalahan ini. Hal yang pasti harus diupayakan adalah adanya pengakuan dari masyarakat secara luas tentang persamaan hak diantara kedua jenis kelamin ini. Dan yang patut kita catat bahwa tuhan menciptakan perempuan sama seperti laki-laki.

8/09/2006

Pagi

Pagi terlambat kau datang
Sedang mimpi terkembang
Mungkin dengan erangan
Bukan jubah atau lusuh pakaian

Pagi...
Tetap kau ku tunggu
bukan untuk termanggu
Atau merajut ragu

Itu aku
Di ujung jalan
Tak terlihatkah
Olehmu Asa


Ya.. sebelah trotoar menjinjing dagu
Sejak kau beranjak diantara perut dan kakiku
Sudah ini telah akhir.

Embun pun Bicara

Dalam sepi embun menangis
Dalam gelisah sungguh embun ragu
Dalam memoir panjangnya
Wajah teduh, dingin, bening
Basah....
Basah....

Sepanjang waktu dengan malam yang sama
Menangiskan tumpah pada tanah
yang sebelum kering
terseka pada lentik kuku daun
terserak dan digemulirkan oleh malam dan angin
lalu,
jatuh bebas dan menyelam dalam
pasir tanah bebatuan
itukah kesia-siaan.....?

dengan tangis yang sama tanpa mantera
diselimuti kain-kain kesunyian
kasur-kasur hijau
berbantal kayu
dan beratap biru
Sebelu pulas ditembang dendangkan
panduan suara festifal malam