4/19/2006

Hebatt

Hebat,.... Aku gak ada idea-idea untuk nulis diblog ini jadi Ya aku usahakan untuk nulis apa aja. Kebingungan ada disisi ku ......
hebat ..... aku gak tahu harus nulis apa...

4/14/2006

Gudo dan Sang Pemabuk

Tersebutlah nama Gudo, dia merupakan pengajar di istana. Meski begitu dia sering melakukan perjalana menyendiri. Bahkan untuk menjadi pengemis sekalipun. Suatu kali dia melakukan perjalanan ke Edo, ia singgah di sebuah desa kecil bernama Takenaka. Saat itu telah malam dan hujan turun dengan derasnya. Tubuh Gudo basah kuyup. Sandalnya yang terbuat dari jerami menjadi rusak dan hancur. Di sebuah rumah gubuk ke desa itu, ia melihat ada empat atau lima pasang sandal di jendela, dan ia memutuskan untuk membeli beberapa pasang sandal yang kering itu.

Melihat pemandangan yang memprihatinkan ini, perempuan penjual sandal tersebut memintanya untuk bermalam ke rumahnya. Dan Gudo menerima tawaran itu sambil mengucapkan terima kasih. Ia kemudian dikenalkan kepada ibu wanita tersebut, dan kepada anak-anaknya. Melihat bahwa anggota keluarga tersebut mengalami depresi, Gudo menanyakan apa yang terjadi.
"Suami saya adalah seorang penjudi dan pemabuk," ibu rumahtangga itu menjelaskan. "Jika menang, ia akan mabuk-mabukan dan bertindak semena-mena. Bila kalah, ia akan meminjam uang dari orang lain. Kadang-kadang jika ia sedang mabuk berat, ia bahkan tidak pulang ke rumah. Apa yang harus saya lakukan?"

"Saya akan menolongnya," kata Gudo. "Ini ada sedikit uang. Tolong belikan saya sebotol arak dan makanan yang lezat. Lalu, anda boleh beristirahat. Saya akan bermeditasi di depan altar."
Ketika kepala rumah tangga itu pulang di tengah malam, dalam keadaan mabuk, ia berteriak, "Hai, isteriku, saya sudah pulang. Apakah kamu mempunyai makanan untukku?"
"Saya mempunyai sesuatu untukmu," kata Gudo. "Saya hampir terperangkap hujan dan isteri anda menawarkan kepada saya menginap malam ini. Sebagai balasan rasa terima kasih, saya membelikan sedikit arak dan lauk-pauk, jadi anda boleh saja
memakannya."
Pria itu kelihatan gembira. Ia dengan seketika meneguk arak itu dan membaringkan tubuhnya di lantai. Gudo duduk bermeditasi di sampingnya.

Pada keesokan pagi, ketika pria itu terbangun dari tidurnya, ia lupa akan kejadian tadi malam. "Siapakah anda? Dari manakah anda berasal?" ia menanyai Gudo, yang sedang bermeditasi.

"Saya adalah Gudo dari Kyoto, dan saya akan pergi ke Edo," jawab guru Zen itu.
Pria itu merasa sangat malu. Ia meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pengajar istana.

Gudo tersenyum. "Segala sesuatu dalam hidup ini tidaklah kekal," ia menjelaskan. "Hidup sangatlah singkat. Jika anda terus-menerus berjudi dan mabuk-mabukan, anda tidak akan mempunyai waktu yang tersisa untuk melakukan kegiatan yang lain, dan dengan demikian anda akan menyiksa keluarga anda juga."

Pandangan si kepala rumah tangga itu terbuka seakan-akan terjaga dari mimpi. "Anda benar," ia mengaku. "Bagaimana saya harus membayar untuk ajaran anda yang sedemikian berharga ini! Marilah saya antarkan anda dan membantu
membawakan barang-barang anda hingga sebagian perjalanan anda."

"Jika anda menginginkannya," Gudo mengijinkan.
Kedua orang itu mulai berjalan. Setelah berjalan sejauh tiga mil Gudo menyuruhnya untuk kembali pulang. "Biarlah lima mil lagi," ia memohon kepada Gudo. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Anda boleh kembali sekarang," Gudo menyarankan.
"Nanti, setelah sepuluh mil lagi," jawab pria itu
"Kembalilah sekarang," kata Gudo, pada saat mereka telah melewati jarak sejauh sepuluh mil.

"Saya akan mengikuti anda selama sisa waktu hidup saya," ungkap pria tersebut.

Dari cerita ini tekadang memang kita harus melihat seseorang bukan dari penampilannya. tetapi baigaimanapun rupanya seseorang tersebut dapat menjadikan seseorarang yang lainya sadar akan hidupnya.

Maka kawan, ada baiknya kita memahami dan mengerti apa yang harus kita lakukan...

Dalam Hujan Semalam

Hujan baru saja reda
Malam belum berlalu
Dan reman cahaya bulan meniti kelam di angkasa
Masih terdengar canda
Dari mulut kecilmu, saat kau berkata tinggalah sejenak untukku

Tak kukira kau ada
Disini aku mendera
Kau kubalas, Aku tak kemana...

Masih ada jiwa yang terhujam
Dengar ....
Mimpi adalah kenyataan yang tertunda
Dan janji merupakan tindakan yang akan terlaksana

Cerita Embun Waktu Pagi

Saat itu, mentari mulai bersinar menyambut hari. Dan embun mencoba bertahan dari sinarnya. Dengan segenap kekuatan sia-sianya tetap dia akan kalah.... Toh embun akan terus ada dan bertahan melawannya. Hingga malam kemudian embun mencoba mengulangi keinginannya untuk bertahan sepanjang hari.

Ya, Terkadang sekuat dan setegar apapun kita bertahan toh, kita harus siap untuk kalah.. Bukan berarti apa yang kita lakukan ini (kekalahan) menjadikan kita sebagai seorang pecundang. Ada kalanya kita memang harus bertahan seperti apa yang dilakukan oleh embun dengan mataharinya. Ya seperti menunggu saat yang tepat untuk melakukan pemunculan dan menghinlang saat tak dibutukan.

Sebuah kehidupan tak selalu harus mengeluarkan kita sebagai pemenang. Karena tak seorang pun yang mampu menjaga gita kemenangan akan terus ternyayikan.. Dan tak terasa indah jika hidup ini hanya berupa refferein tanpa ada pembukaan dan lirik awalannya.

Sebuah kehidupan akan terasa indah jika kita mampu merasakan apa yang seharusnya kita rasakan sebagai seorang manusia (cinta, benci, dendam,dan lain-lain). Tapi bukan berarti hal ini menjadikan kita terkuasai olehnya dan menjadikan kita sebagai hambanya.

Jadi tak ada salahnya jika kita gagal. Karena hidup ini terkadang bermula dari sebuah kegagalan.
Maka kawan sekali lagi jangan takut untuk gagal...
So make ur live so simple...

4/07/2006

And The Story Goes

Setiap perjalanan adalah sebuah kenikmatan. Sebuah kenyamanan walau kadang terlihat pahit untuk dirasakan. Dan memang sepetrti inilah hidup...Selalu berjalan sesuai dengan rel yang telah digariskan..

Memang terkadang kita lelah menjalani sebuah kehidupan.. Namun tak langsung membuat kita harus jatuh dan tenggelam dalam angan serta bergantung asa...

Therefore live must goes on and we are bird that can fly more freely.. Stay and wait... kesempatan pasti kan datang...

So cheer up...

4/03/2006

Vita Brevis


Di jembatan sungai Arno, saat itu awan terlihat cerah. terlihat sepasang pemuda berjalan menyusuri jembatan tersebut. tetapi tiba-tiba sang lelaki menghentikan langkahnya dan memegang tangan sang perempuan dan membisikan sebuah kalimat yang tak akan dilupakannya. kalimat seperti apa yang terucap dari mulut sang lelaki sehingga itu beguitu istimewa, lelaki itu membisikan "VITA BREVIS" yang berarti hidup ini singkat. sebuah kata ini begitu istimewa karena terucapkan oleh seorang yang di masa sekarang dikenal sebagai st. agustinus.

St. Agustinus yang dimaksud tak lain adalah seorang bapak gereja yang dihormati karena kewibawaannya dan punjangga yang dikagumi. memang setelah itu st. agustinus kemudian menjadi pendeta dan meninggalkan keduniawiaanya serta floria, kekasihnya.

Vita Brevis sebuah kalimat yang ringkas tetapi memiliki makna yang penting dalam hidup ini. sebuah kata yang dapat diartikan berbeda-beda bagi orang-orang yang membacanya. mungkin St. agustinus memaknainya dengan meninggalkan hal-hal yang berhubungan dengan keduniawian karena hidup ini singkat dan olehkarena iru dibutuhkan pengendalian diri untuk mencapai hakikat hidup.

kata ini pun dapat dimaknai lain oleh setiap manusia. seperti pak midun, seorang penjual sate, memaknai kata itu dengan membuat sate seenak mungkin sehingga laris dibeli. atau sok hok gie memaknainya dengan berjuang membela hati nuraninya.

setiap orang sah saja memaknai hidup ini dengan bermacam-macam hal. memang sudah menjadi hal yang indah bila kita dapat memaknai hidup ini. sehingga kita dapat berkata seperti sok hok gie bahwa orang yang beruntung adalah orang yang mati muda.